Senin, 29 April 2013
Rumah Tradisional Jawa
Rumah
merupakan kebutuhan pokok manusia setelah pangan dan sandang. didalam
perkembangannya rumah tidak hanya merupakan sarana untuk berteduh dari hujan
dan teriknya matahari, yang berarti hanya sekedar memenuhi fungsi teknis, namung
sudah berkembang dengan mempertimbangkan fungsi estetis dan filosofis. dengan
demikian pemghuni rumah akan merasakan aman,dan terpenuhi rasa seni dan
kebutuhan spiritualnya. pengaruh lebih lanjut akan perkembangan fungsi rumah
tinggal tersebut akan melahirkan bentuk arsitektur rumah jawa dari yang paling
sederhana yakni bentuk Panggang Pe, Kampung, Limasan dan Joglo.
Salah satu rumah yang cukup tua dan masuk dalam Bangunan Cagar Budaya terletak di Pakemtegal, Desa Pakem Binangun, Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, yang dibangun oleh seorang lurah bernama Gunodihardjo sekitar tahun 1860 M. Tata ruang rumah ini cukup lengkap dari kuncungan, serambi, pendhapa, pringgitan, , dalem ageng, gandhok, gadri, pawon, pekiwen, dan gedhongan. rumah ini berbahan utama kayu nangka dan kayu glugu (pohon kelapa). bagi orang pedesaan bahan bangunan kayu nangka lebih dibanggakan disamping kayu nangka bertekstur indah, jumlah pohon nangka terbatas karena tidak ada hutan nangka.
sumber Ir. yuwono sri suwito,
M.M.
Kuncung
adalah bangunan terdepan dari
rumah tradisional jawa. Lantai kuncung lebih rendah dari lantai Pendhapa
berfungsi sebagai tempat pemberhentian kendaraan tamu atau pemilik rumah,
sedangkan lantai kuncung yang sebidang dengan lantai pendhapa berfungsi sebagai
tmepat bersantai pemilik rumah dan tamu, serta berfungsi sebagai tempat
pertunjukan yang dapat dinikmati masyarakat yang hadir di halaman rumah.
Pendhapa
adalah bangunan terbuka, terletak
dibelakang kuncung dan serambi depan yang berfungsi sebagai tempat ruang tamu
atau tempat penyelenggaraan upacara adat sehingga merupakan ruang publik yang
bersifat provan. pendhapa berasal dari kata dasar pa-andhap-an. Andhap berarti
rendhah dari lantai Dalem Ageng. bentuk dan arsitektur mencerminkan status
sosial pemilik rumah. pendhapa berbentuk joglo dengan tumpang sari banyak dan
disertai ragam hiasan, maka pemilik rumah merupakan orang dengan status sosial
yang tinggi. sedangkan bagi orang kebanyakan bentuk pendhapa basanya limasan.
Pringgitan
adalah ruangan diantara pendhapa
dan dalem ageng yang berfungsi sebagai tempat pementasan wayang kulit.
pringgitan berasal dari kata rinngit yang berarti wayang. karena letak
pringgitan berada diantara pendhapa yang bersifat profan dan dalem ageng yang
bersifat sakral/privat, maka pringgitan bersifat semi publik atau semi privat.
pertunjukan wayang kulit dapat dinikmati dari pendhapa bagi tamu dan masyarakat
umum, sedang bagi keluwarga dan saudara menikmati pertunjukan dari Dalem Ageng
atau belakang kelir/layar
Senthong Tengah
adalah kamar berjumlah tiga buah
di dalem ageng tepatnya dibawah atap pananggap. senthong tengah berada diantara
dua saka guru sisi belakang dalem ageng yang mempunyai kedudukan khusus dan
paling di sakralkan. bagi masyarakat pedesaan, ruangan ini khusus bagi dewi
sri/dewi kesuburan dan kebahagiaan rumah tangga. saat musim panen padi, seuntai
padi yang dipotong pertama kali dibalut kain batik dan ditempatkan di senthong
tengah sebagai persembahan kepada dewi sri sehingga senthong tengah disebut
Pasren yang berarti tempat untuk dewi Sri.
Senthong Tengen
merupakan senthong (kamar) yang
berada di sebelah kanan senthong tengah. senthong tengen ini berfungsi sebagai
tempat tidur bagi bapak ibu kepala rumah tangga atau pemilik rumah.
Senthong Kiwa
berada disebelah kiri senthong
tengah, berfungsi sebagai tempat menyimpan senjata atau alat2 pertanian pemilik
rumah, namun adakalanya senthong kiwa juga digunakan sebagai tempat menyimpan
bahan-bahan kebutuhan pokok keluwarga,spertti padi, palawija dsb.
Gandhok
adalah bangunan memanjang,
terletak di sebelah kanan dan kiri dalem ageng yang dipisahkan dengan halaman
terbuka. untuk menghubungkan halaman
tersebut dengan halaman rumah bagian luar dibuat dinding pasangan bata berpintu
yang disebut deketheng. bentuk atap gandhok pada umumnya kampung atau limasan
dengan variannya. fungsi gandhok sebagai ruang tinggal keluarga/kerabat, serta
menginap tamu. gandhok tengen berfungsi sebagai ruang tidur wanita, sedang
gandhok kiwa berfungsi swbagai ruang tidur pria.
Gadri
merupakan ruangan dibelakang
dalem ageng menghadap kebelakang atau kearah pawon. karena atap gadri ini
menyatu dengan atap dalem ageng dan merupakan susunan atap ketiga setelah
Brunjung, dan penanggap yang disebut emper, maka gadri ini juga disebut emper
mburi ( emper belakang). sisi depan gadri tidak berdinding dan tidak berpintu.
fungsi gadri untuk tempat bersantai bagi keluarga sekaligus sebagai ruang makan
letaknya dekat dengan pawon (dapur)
Longkangan
adalah sebuah jalan yang
memisahkan antara pendhapa dan pringgitan. longkangan berfungsi sebagai tempat
pemberhentian kendaraan bagi pemilik rumah atau keluarga, yang disebut
juga dengan paretan, berarti tempat
pemberhentian kereta. dalam perkembanganyya halaman terbuka antara gandhok
dengan dalem ageng juga disebut longkangan, namun tidak berfungsi sebagai
tempat pemberhentian kendaraan.
Pawon
pawon atau dapur letaknya ada di
dibelakang dalem ageng berhadapan dengan gadri yang dipisahkan dengan halaman
terbuka. pawon berasal dari kata dasar awu (abu) karena zaman dulu memasak
menggunakan bahan bakar kayu,apabila kayu habis terbakar menyisakan abu (abu).
selain untuk memasak pawon juga untuk menyimpan peralatan dapur bahkan kadang
juga untuk menyimpan bahan dasar makanan.
Pekiwan
adalah kamar mandi dan toilet, letaknya
dibuat terpisah dengan bangunan induk yaitu disebelah kiri dapur. kata dasar pekiwan adalah kiwa yang berarti
kiwa. pada zaman dulu kamar mandi dan toilet dianggap tempat kotor dan berbau,
sehingga harus dijauhkan dari bangunan induk. didalam pekiwan ini juga
terdapat sumur sebagai sumber air untuk
mandi,cuci, dan masak.
Gedhongan
adalah kandang kuda dengan konstruksi kayu, beratap
dan berlantai kayu yang tidak sebidang dengan muka tanah (panggung). kuda bagi
pemiliknya merupakan binatang gegedhug (binatang yang diandalkan oleh
pemiliknya) karena sifatnya yang multifungsi, sehingga dari kata gegedhug ini
kandang kuda disebut dengan gedhongan. Adapula yang berpendapat bahwa kata
gedhongan ini diambil dari suara yang ditimbulkan beradunya tracak (kuku kaki
kuda) dengan lantai gedhongan yang berupa papan.
No comments:
Post a Comment
semoga bermanfaat dan jangan lupa memberikan kritik saran dan pendapat anda :D