hidup dan kenyataan gak selalu sama dengan harapan kita

di suatu kehidupan kita membutukan pengorbanan...apa yang kita inginkan harus ditukar dengan suatu pengorbanan...
pikirkan dengan terbaik...karna jika kau salah dengan pilihanmu terahir penyesalan akan selalu datang menghantui mu...

Mendengarkan Al Quran online

Listen to Quran

Monday, September 17, 2012

film yang menggemparkan islam Innocence of Muslims

Innocence of Muslims dan “Fitna”


“Innocence of Muslims”. Itulah judul film yang saat ini jadi berita besar dunia. Bukan lantaran kualitasnya hingga mendapat Piala Oscar, tapi karena isinya yang kontroversi. Film garapan Sam Bacile, warga Amerika Serikat keturunan Yahudi itu kontan membuat umat Islam sedunia marah.
Timur Tengah pun membara. Akibatnya, Dubes AS di Libya Chris Stevens beserta tiga stafnya tewas dalam serangan roket saat demonstrasi mengutuk film tersebut. Dalam film berdurasi dua jam itu, sosok Nabi Muhammad yang sangat dimuliakan umat Islam justru dijadikan sebagai seorang penipu, lelaki hidung belang yang lemah dan gemar melakukan pelecehan terhadap anak.
Entah apa yang ingin disampaikan sang sutradara biadab ini. Yang pasti sangat menyakiti hati umat Islam. Sementara pemerintah USA, tempat film tersebut dibuat juga belum mengambil tindakan apa pun.
Film murahan seperti ini mengingatkan saya dengan film “Fitna” yang dibuat oleh anggota parlemen Belanda yang anti Islam, Geert Wilders, beberapa tahun lalu. Film dokumenter itu memuat banyak ayat-ayat Alquran yang sengaja dipelintir sehingga terkesan Alquran menjustifikasi kekerasan dan terorisme. Islam seolah-olah agama yang haus darah dan umat Islam adalah barbar. Di bawah bendera kebebasan berekspresi dan mengemukakan pendapat, Wilders yang dibiayai NGO asing itu menampilkan adegan-adegan tentang tragedi kemanusiaan, seperti pengemboman London dan penyerangan WTC sambil mengutip ayat Alquran dengan seenak perutnya.
Bagi saya film “Innocence of Muslims” dan “Fitna” hanya upaya provokatif. Satu sisi, umat Islam jangan sampai terpancing. Jangan sampai melakukan tindakan-tindakan konyol yang hanya menjebak dalam tindak kekerasan sebagaimana diskenario mereka.
Cara-cara seperti ini bukan barang baru. Secara global, kebencian terhadap Islam memang sudah lama terpendam. Sejak Islam sebagai agama muncul, benih-benih itu mulai disemai. Kebencian ini terus membara tatkala kekuasaan (empire) Islam harus runtuh di bumi Andalusia (Spanyol).
Tulisan-tulisan orientalis dengan nada memojokkan Islam, Nabi Muhammad, dan Alquran berhamburan ke permukaan, meskipun kita tidak menafikan ada juga orientalis yang simpati terhadap Islam.
Di antara orientalis yang memojokkan Islam itu adalah Abraham Geiger (1810–1874). Ia seorang intelektual, rabbi, dan sekaligus pendiri Yahudi Liberal Jerman. Pada 1833 dia memublikasikan essay berjudul Was hat Moham­med aus dem Judenthume aufgenommen? (Apa yang telah Muhammad Pinjam dari Yahudi?). Dalam essay itu ia mengatakan bahwa kosakata bahasa Ibrani banyak berpengaruh terhadap Alquran, seperti tabut, taurat, jahannam, jannatun ‘adn, rabani, sabt, dan sebagainya sangat terpengaruh oleh doktrin-doktrin Yahudi.
Essay ini kemudian “diamini” Theodore Noldeke, pendeta Kristen asal Jerman. Ia berpendapat bahwa Muhammad-lah yang mengarang Alquran. Dengan menjadikan Bibel sebagai “pisau bedah” ia mengkritisi Alquran karena di dalamnya mengandung kesalahan yang fatal. Noldeke juga mengatakan sumber utama Muhammad adalah orang-orang Yahudi, sedangkan pengaruh-pengaruh Kristen lebih sedikit.
Sebenarnya masih banyak tokoh-tokoh lain dari berbagai zaman dan negara yang memandang Islam dengan kacamata kebencian. Sulit memang untuk menentukan kapan perlakuan-perlakuan seperti ini akan berhenti. Abraham Geiger, Theodore Noldeke, Pim Fortuyn, dan Geert Wilders hanyalah sederetan nama-nama dari sekian banyak nama pembenci Islam.
Satu sisi, sebagai muslim wajar saja jika kita merasa tidak terima dengan perlakuan orang-orang seperti Wilder terhadap Islam. Protes keras dan demonstrasi boleh-boleh saja dilakukan di tengah iklim demokrasi, selama tidak menjurus kepada hal-hal anarkis yang membawa kepada tindakan perusakan. Akan tetapi pada sisi lain, bukankah lebih baik jika momen ini kita jadikan renungan?
Islam sebagai agama memang mengajarkan kedamaian/keselamatan. Ini dapat dilihat dari arti kata “Islam” itu sendiri yang berasal dari kata “salama”, berarti “damai”. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana dengan umat Islam sendiri? Sudahkah kita mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil “alamiin (rahmat bagi seluruh alam)?
Kita harus jujur menilai diri. Terkadang jangankan dengan umat lain, dengan seagama pun kadang kita masih melakukan hal-hal yang kontraproduktif dengan ajaran Islam. Kafir-mengafirkan, sesat-menyesatkan, menghina, serta merusak fasilitas saudara muslim sendiri seakan menjadi hiasan bagi kehidupan beragama kita.
Hanya lantaran berbeda paham dan keyakinan, dengan mudah kita mengafirkan saudara sesama muslim. Memecah belah saudara sekandung, bahkan yang ironis sampai pada menghalalkan darah. Padahal sebagaimana diungkapkan tokoh sufi besar abad pertengahan, Ibn Arabi, bahwa Tuhan terlalu besar untuk diikat oleh satu ikatan. (Kiram Akbar)
sumber : http://www.equator-news.com/vox-populi/20120916/innocence-muslims-dan-fitna

LIHAT BERITA LAIN : 
http://popyaly.blogspot.com/2012/09/jasa-cetak-stiker-vinyl-free-ongkir-se.html

No comments:

Post a Comment

semoga bermanfaat dan jangan lupa memberikan kritik saran dan pendapat anda :D